• Koneksi Antar Materi Modul 3.1.

    Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari kegiatan mengambil keputusan. Mulai dari hal yang sederhana hingga hal-hal yang rumit.

  • Ujian Di Pinggir Jalan, Di Tepi Sawah

    Ujian Sekolah Berbasis Digital (USBD) Se-Kabupaten Manggarai Timur dilaksanakan pada tanggal 12-15 April 2021 atas inisiasi Bidang SMP Dinas PPO Kab. Manggarai Timur.

  • Peringatan HUT PGRI Ke-76 Di SMPN 9 Borong

    Hari Guru Nasional (HGN) yang bertepatan dengan hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) diperingati setiap tanggal 25 November. Namun Puncak peringatan HUT PGRI Ke-76 di SMP Negeri 9 Borong baru dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 November 2021.

Cintaku Dalam Hati

Mencintaimu dari sini,
dari tempat yg tak terjamah
adalah seni bagiku....

Aku tak mengharap balasan,
karena aku tau aku tak layak untuk dicinta.

melucuti pesonamu di bayang,
sdh memberi kepuasan
atas dahaga cinta yang mencekik leher ini.

maav harus mengatakan,
ketika tangan jahil ini mengikuti nurani,
mengambil potretmu...
hanya agar kau dapat kulucuti setiap saat dalam khayal imajinasi tak berujungku.



                                                                   Makassar, 26 Agustus 2013
  #masihInsomnia
                                                                           
Share:

DINGIN

Aku sang Adam yang dingin
Dingin tanpa tulang rusuk di sisi
Dingin menanti kehangatan dimalam-malamku
Dingin mendengar Ocehan Mulutmu yang bau
Yang membuat telingaku muntah.


Dia sang embun yang dingin
Dingin tanpa mentari
Dingin menanti selimut sinar tanpa cahaya
Dingin melihat tingkahlakumu yang kekanak-kanakan
Yang membuatnya Risih


Dia Sang bintang yang dingin
Dingin tanpa ballutan sang rembulan
Dingin Menanti fajar seorang diri
Dingin mencium aroma tubuh melatimu
Yang membuatnya bermuram


Ini aku dan dia sang embun
Serta Sang Bintang

DINGIN...
Share:

Hati dan Layar

Puisi ini hanya sekeder puisi tanpa diksi
mencoba menuliskan isi dari hati
kala tak ada lagi yang dapat mendengrkan jeritan hati
layar ini menjadi saksi atas kesakitan hati yang saat ini ku alami

Tangisankhu
keluhanku
kepedihan hatiku
kutuangkan dihadapanmhu
Layar kecilku

(Reply by Syam)
puisi ini hanyalah biasa
hanyalah sederet kata
hanyalah  reaksi dari sebuah puisi tanpa diksi
mencoba beraksi dari sebuah aksi jeritan dari balik layar
jeritan tanpa suara yang mengiris gelap.

Tangisanmu
keluhanmu
kepedihan hatimu
tuangkanlah pada sahabatmu,

Puisi ini hanyalah jawaban dari reaksi puisi tanpa diksi
Pernah khu coba menuangkan tangisan,keluhan dan kepedihan hati ini
Pada sosok yang dijuluki dengan sahabat

Mereka hanya bisa menertawakan isi hati yang bereaksi
Aksi mereka semakin menyudutkan hati
Sudutan itu membuat hati ini memilih layar kecil ini

Untuk menuangkan reaksi
Hati selalu setia menuliskan reaksinya dihadapan layar ini
Hati ini pun ikut seribu membisu
Dan enggan berbalik menuangkan ceritanya pada sosok yang menyudutkan hati

(Reply by Syam)
Kata kembali berderet membentuk untaian kalimat
Kalimat yang mereka sebut puisi.

Sahabat yang menertawakan dan menyudutkan
Apakah layak disebut sahabat?
Tanya hati…
Mensahabatkan jiwa dengan layar
Hati mati tanpa reaksi.

Hati yang seribu membisu
Layar yang sejuta membisu
Hanya akan menambah gunda
Hanya akan menambah gulana
Puisi yg saya reply di atas miliknya Abang  Dedy
Share:

Anbu

Malam Ini...

Merasakan sentuhan angin
Berharap kaupun demikian
Biar helai nafas ini menyatu dalam hembusan kerinduan

Melihat senyuman rembulan
Berharap kaupun demikian
Biar tatap mata ini menyatu dalam sinar kerinduan

Kerinduan ini tak terelakkan lagi
seperti hembusan angin
yang menyapu setiap detik khayalku.

Kerinduan ini tak terbendung lagi
Seperti sinar rembulan
yang menerobos setiap inci sepiku.

Kerinduan ini hanya untukmu
yang kutitip lewat angin dan bulan.
Rusunawa Makassar,11/09/2013




Share:

Coba Jelaskan Padaku!

ada yang bilang laki-laki dilarang menangis..
(skarang coba jelaskan padaku)..
untuk apa air mata juga diciptakan untuk kami..??

ada yg bilang laki-laki ngak boleh sakit hati..
(skarang coba jelaskan padaku)..
untuk apa hati diciptakan buat kami??

ada yg bilang laki-laki itu egois,bertindak dgn otak ngak pake hati,
(skrang coba jelaskan padaku)..
apa kalian pikir hati kami terbuat dari batu??

kami juga punya hati,,
kami bisa menangis lebih kencang dri apa yg kalian pikirkan hanya saja kami malu..
kami bisa saja sakit hati lebih parah dari apa yg kalian pikirkan,hanya saja kami enggan melakukannya..
kami bisa saja tunduk karna cinta bahkan seperti babu..

kami juga butuh kasih,
kami juga butuh perhatian,

skarang coba jelaskan padaku...

Sumber: Nn
Share:

Wanita

Wanita...
Beralis silet
Bermata bola
Bergincu delima
Mengintipku!
Dari balik tirai ilusi
Di penghujung malamku.

Tersentak ku membuka mata
Ia pun menghilang
berlalu bersama deru nafasku.

             Rusunawa, 08/10/2013
Share:

A little moment to remember

Judulnya emang seperti judul salah satu Drama yang sangat WOW. Tapi jangan ketipu yah, isinya sungguh jauh berbeda dengan drama itu, seperti gajah dan semut. Enjoy!!!

Masa kecil memang masa paling gokil. Ada banyak kenangan yang sungguh saying untuk dilupakan, membuat kita sering me-replay memori kita ke masa-masa itu. Termasuk kenangan saat pertama kali bangun sahur.
Masih tersimpan walaupun sedikit agak samar dalam ingatan saat dibangunkan untuk yang pertama kalinya makan sahur. Waktu itu saya berumur sekita 6 tahun, kelas 1 SD. Sungguh berat rasanya bangun dari tidur yang nyaman untuk makan sahur. Apalagi malam di desaku begitu dingin, sampai menusuk tulang. Berkali-kali ibu menarik selimut saya, berkali-kali pun saya menutupi kembali tubuh saya dengan selimut. Padahal sore hari sebelumnya saya begitu semangat saat tahu kalau saya ingin dibangunkan juga makan sahur, karena kata ibu saya sudah cukup umur untuk mulai belajar puasa.



Ibu kembali datang membangukan saya, sambil menginformasikan bahwa menu makan sahurnya sudah matang. Saya hanya meng-iya-kan sambil bergumam, habis itu kembali bergumul dengan mimpiku di bawah selimut…
“Nak, ayo… Bangun!!!” Ibu kembali datang dan menarik selimut saya. Menarik seluruhnya sehingga saya tidak dapat meraihnya untuk kembali menutupi tubuh saya.
“Katanya sudah mau puasa, ayo bangun dong, tuh ayam gorengnya sudah siap” bujuk ibu lagi
“Cuci muka, trus ke meja makan yah?” lanjut Ibu
“Dingin… nggak usah sahur yah?” Jawabku
“Ngak boleh kayak gitu, mana bisa tahan kamu. Ayo cepat, masa kalah sama adik kamu. Dia udah bangun dari tadi lho”
“Ayo… bangun, cuci muka trus ke meja makan yah!” Lanjut Ibuku
Ibu keluar dari kamar mendengar suara adik yang memanggil. Kami hanya bertiga di sini, di perumahan sekolah di sebuah desa di kaki gunung bawakaraeng. Sedangkan Ayah di Kota. Ayah memang tinggalnya di Kota sedangkan kami harus tinggal di sini karena Ibu bertugas sebagai guru di salah satu SMP.
“aduh…belum bangun juga”
Ibu kembali datang kekamarku. Kali ini menarik sarung yang kupakai. Saya belum bergerak sedikitpun, masih menikmati empuknya kasur. Tiba-tiba kakiku terasa sangat dingin. Begitu dingin hingga terasa membeku. Saya coba menggerakkannya, terasa sulit. “Waduh.. ada apa ini, mimpikah?”  tanyaku dalam hati, dalam keadaan ada dan tiada. Makin lama terasa semakin dingin, aku membayangkan kakiku berubah menjadi es batu dan kemudian retak lalu hancur berantakan….
“Ibuuuuuuuuuuuuu……” Teriakku
Kubuka kedua mataku lalu kuraba kedua kakiku. Wah, ada Handuk basah. Kulirik Ibu sedang tertawa di dekatku sambil menyingkirkan handuk basah itu dari kakiku. Rasa kagetku membuyarkan rasa ngantukku seketika.
Sayapun beranjak ke meja makan tanpa cuci muka, hanya berkumur-kumur saja. Dingin begitu menusuk setiap pori-pori kulit menembus hingga ke permukaan tulang bagian dalam. Saya pun duduk terbungkus rapi dengan selimut tebal. Di meja terhidang menu favoritku, ayam goreng dan bakwan udang. Rasa ngantukku betul-betul hilang saat itu, hanya dingin yang masih sedikit terasa di ujung kaki.
Sampai saat ini, saat sahur bersama dengan keluarga, kadang cerita ini menjadi guyonang yang cukup menghibur, sangat lucu saat Ibuku yang menceritakannya. Menyegarkan kami dengan kenangan-kenangan masa lalu.
A moment to remember!
Desa Botolempangan, Sinjai Barat
Terima kasih!
Share:

Berujung Kesurupan

Rabu malam (15/08/2012), capek setelah seharian melakukan kegiatan. Mendampingi anggota pramuka melakukan bakti sosial. Kami baksos di Gereja, Kantor Desa dan Pustu mulai dari pagi sampai siang. abis istrahat lanjut kegiatan lomba bola kaki pake sarung... Asli heboh... #Capek banget...

Di malam yang dingin kala itu (duileee), setelah makan malam kami para panitia membicarakan materi apa yang akan diberikan entar pas renungan suci . Ada banyak usulan seh dari kakak-kakak pembina yang lain, sampai akhirnya saya putuskan untuk mengankat tema "IBU". Dengan pertimbangan, banyak anggota pramuka (anak didik saya) yang kurang atau bahkan tidak menghormati orang tuanya khususnya ibu dalam kehidupan sehari-hari (menurut observasi saya sama anak-anak di sekitar Posko).

Akhirnya sepakatlah kami mengangkat tema itu. Tinggal mau ngatur bagaimana rangkaian acaranya entar.
Setelah diskusi kurang lebih sejam, maka rangkaian acaranya pun sudah tersusun berikut tugas masing-masing kakak pembina.

Peserta perkemahan tidak tahu kalau malam ini akan ada renungan. Informasi yang kami sebar, bahwa sebentar hanya akan ada kegiatan malam gembira. Semuanya pun bersorak dan kembali ke tenda masing-masing untuk mempersiapkan aksi yang akan mereka tampilkan sebentar.

Sekitar pukul 21:00 waktu setempat. Peluit panjang ditiup.... Ppppprrrriiiiiiittttt....PPrrrrriiiittttt....pprriiitttttttt (kurang lebih kayak gitu, he3x). Mereka semua bergegas lari keluar tenda berbaris dan berlari ke arah sumber suara peluit itu. Banyak yang berlari keliling lapangan mencari sumber suara, bingung! Kok kita tidak kumpul dilapangan?

Sampai akhirnya ada satu regu yang menemukan sumber suara peluit. Jauh disana di belakang lokasi perkemahan. Serentak regu-regu yang lain mengikutinya sampai akhirnya semua regu berkumpul di tempat itu.

"Kak, knapa kita kumpul di sini? Bukannya malam gembira?" tanya salah seorang.
Saya Diam, hanya memperlihatkan muka jutek. (Hehehe saya pensaran muka jutek saya kayak apa yah?)

Semua berkumpul, lampu di padamkan, hanya cahaya dari beberapa obor yang menyinari lokasi perkemahan. Beberapa kakak pembina mulai menempati posisi masing-masing, mengatur bangku untuk jadi rintangan, semua siap dengan kayu ditangan. (HAHAHAHA... Pembantaian segera akan di mulai)

Adik-adik tampak kaget. Kecemasan mulai nampak menghiasi wajah mereka.... Mungkin banyak yang bertanya "akan diapakankah kami ini?" 

"Yah semua ketua regu siapkan barisannya!"
Tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras. BRUUAAAKKKK....
Jujur saya juga kaget bukan main, ternyata Kak Akmal sudah mulai beraksi menakut-nakuti. dia memukul meja yang diatasnya ada tumpukan piring. Asli saya kaget bukan kepalang, terlebih lagi mereka adik-adik peserta perkemahan.

Oke Kak Akmal sudah beraksi, akhirnya kami semua melakukan aksi yang sama. MARAH BESAR. Menggertak sana-sini. Mencaci-maki sepuasnya. (Tapi bukan asal-asalan yah, kami marah dengan sikap mereka selama perkemahan, hehehe)


"DASAR KALIAN DATANG KE PERKEMAHAN BUKANNYA BAWA ALAT TULIS, MALAH BAWA MAKE-UP KALIAN PIKIR KITA MAU GAYA-GAYAAN DISINI? MAU TEBAR PESONA? DASAR!!!"

"KALIAN DIKASI HATI MINTA JANTUNG....DI KASI JANTUNG MAU APA LAGI .... HAAAAA???"

"KALIAN INI TIDAK MENGHARGAI KAMI, KAMI SUDAH CAPEK-CAPEK KALIAN MALAH MAIN SEENAKNYA?"

"DASAR SUDAH BODOH, SOMBONG LAGI"     

Itu sedikit bentakan-bentakan yang kami berikan, aslinya banyak tapi klo di tulis semua bisa sampai beberapa episode neh...  

Dari semua kakak-kakak pembina, memang kami berenam (Kak Akmal, Kak Marwah, Kak Tamsil, Kak Seny, Kak Erni dan saya) yang kebagian jatah membentak, memukul dan lainnya yang kasar-kasar. Alasannya, karena kami dekat dengan siswa...bagaikan malaikat buat mereka...hehehhehe

Mendengar bentakan-bentakan itu, otomatis mereka pada nangis. Kebanyakan cewek seh yang nagis. Mungkin karena mendengar bentakan yang tidak biasa dari orang-orang luar biasa seperti kami....(hahaha maunya)

Tidak sampai di situ, kamu mulai menyuruh mereka merayap satu persatu. Jarak yang di tempuh lumayan jauh. Dari luar lokasi perkemahan merayap ketengah lapangan. Kasihan juga seh, tapi yah...harus profesional. Saya injak pantat mereka yang merayap sambil nungging, hingga mereka betul-betul merayap dengan posisi sempurna (Sadis). Tapi klo adik-adik cewek paling saya pukul pake kayu.
Proses merayap berjalan sekitar dua jam lebih, karena harus melintasi juga beberapa rintangan.

Setelah semuanya berkumpul ditengah lapangan, kami suruh untuk bersujud, mencium bumi! Tidak boleh menengok, dan harus melepas jaket.
Tidak tahan juga mendengar isak tangis beberapa dari mereka. Tapi show harus berlanjut, belum masuk kegiatan inti...
Di situ kami memeriksa siapa yang tidak memakai sepatu. Dapat ganjaran, pantatnya dapat kayu. Mmm... Yang bajunya tidak rapi, pinggangnya dapat cubitan mesra ala kami. 
Setelah kurang lebih 30 menit kami kembali menyruhnya untuk berjalan jongkok, mengelilingi lapangan lokasi perkemahan.
Tentunya masih di pandu sama kakak-kakak pembina. Jangan sampai mereka nyundul batu. Hehehe
Tidak membutuhkan waktu yang lama, sampai akhirnya semua kembali berkumpul di tengah lapangan. Membentuk barisan sambil bersujud, mencium bumi sebagai tanda cinta tanah air. 
Sambil menunggu kakak yang bertugas memberikan renungan. Kami mengecek kalau saja ada siswa yang agak lemah tidak bisa melanjutkan kegiatan. Saya cek satu-satu. Syukur semuanya merasa masih sanggup melanjutkan. Tapi... tiba-tiba ada yang muntah! Kami bujuk untuk berhenti, istrahat saja. Dia malah menolak, katanya masih sanggup. Karena sudah di bujuk oleh beberapa orang dan tetap saja mau ikut, ya sudah kami biarkan saja.    
Setelah semua di cek dan kakak yang memberikan renungan sudah siap. kegiatan inti pun dilakukan, Renungan Suci. Yang membawakan Kak Mace dan Kak Felikx, kebetulan siswa kami semuanya katolik sama dengan mereka.
Kak Mace pun memulai aksinya membacakan kisah tentang Ibu, bagaimana perjuangan seorang Ibu, mulai mengandung kita hingga membesarkan kita. Tapi apa yang telah kita lakukan ke pada Ibu, hanya menyakitinya. bayangkan jika kita pulang sekolah, tiba-tiba di depan rumah ada banyak orang. Ternyata Ibu kita berada dalam keadaan kaku tak bernyawa lagi. 

Itu sedikit isi narasi yang disampaikan Kak Mace di iringi alunan musik dari Kak Felikx. Saya juga sempat kebawa suasana, sedihhh....
Banyak adik-adik yang sontak menjerit, ada yang menangis tersedu-sedu, ada yang berteriak...(Agak horor juga seh suasana waktu itu).
Kak Mace terus membaca narasinya, diiringi teriakan dan tangisan adik-adik. Huihhhh...merinding saya waktu itu. Apalagi hampir semuanya menangis, mau cewek,cowok,besar,kecil semuanya sedih...(menurut apa yang saya lihat).
Awalnya seh aman-aman saja. Teriakan, tangisan mereka masih wajar sampai renungan itu selesai.
Kami beri aba-aba untuk bangun dari sujudnya, duduk melentangkan kaki kedepan biar agak santai. Renungan berakhir. Dan benar saja, mata mereka semuanya merah, beberapa malah ada yang sambil mengisap ingusnya... lampu kembali dinyalakan. Dan mencoba merilekskan pikiran mereka.
Tiba-tiba, salah seorang peserta perempuan berteriak keras memanggil Ibunya. Sontak saja semua mata tertuju ke padanya. OH MY GOD, YA ALLAH YA RAB, DIA KESURUPAN...
Mengeliat kesana-kemari,sambil berteriak-terik dan menangis. Beberapa anak laki-laki segera memegang kedua tangannya, ada juga yang memegang kakinya. Saya berlari kedalam kantor mengambil matras. Siswa itu kemudian di baringkan disitu dan mulai di olesi balsem.
Dan lagi seorang siswa berteriak di belakang. KESURUPAN JUGA... Di susul oleh seorang lagi yang tidak jauh darinya. Tiga orang sudah. Adik-adik yang lain mulai panik. Kak Mace mulai menengkan mereka sambil membimbing untuk berdoa bersama. Sampai akhirnya kembali satu orang lagi harus kesurupan.
Untuk masalah kesurupan, saya angkat tangan. Ngak tau mesti ngapain. Sesekali saya hanya membantu memegang kaki mereka yang terus menggeliat. Kak Michel (guru setempat) menyuruh beberapa siswa untuk kekampung terdekat meminta bantuan.
Saya blank, ngak tau mesi ngapain. Hanya Kak Tamsil yang terlihat mencoba mengobati salah seorang yang kesurupan.
Saya masuk ke kantor mencari minyak angin, balsem dan sejenisnya. Beegitu keluar.... ternyata peserta kesurupan bertambah lagi.... AMPUN....
Total yang kesurupan waktu itu ada enam orang. Dan setelah di cek ternyata orang tua mereka memang sudah tidak lengkap. Ada yang ayahnya sudah meninggal, ada juga yang ibunya yang telah meninggal. Pantas saja.
Mereka semua kembali sadar setelah di obati oleh OM ANUS, semacam orang pintar (dukun) dari kampung.
Sangat menegangkan. Karena lokasi perkemahan kami di sekolah, jauh dari jalan raya, jauh dari kampung.
Ampunnn...
Tetap Untuk masalah kesurupan saya angkat tangan.....
itulah sedikit dari sederet kisah kami....              


Posted by Picasa
Share:

Popular Posts

Recent Posts

Halaman