Berujung Kesurupan

Rabu malam (15/08/2012), capek setelah seharian melakukan kegiatan. Mendampingi anggota pramuka melakukan bakti sosial. Kami baksos di Gereja, Kantor Desa dan Pustu mulai dari pagi sampai siang. abis istrahat lanjut kegiatan lomba bola kaki pake sarung... Asli heboh... #Capek banget...

Di malam yang dingin kala itu (duileee), setelah makan malam kami para panitia membicarakan materi apa yang akan diberikan entar pas renungan suci . Ada banyak usulan seh dari kakak-kakak pembina yang lain, sampai akhirnya saya putuskan untuk mengankat tema "IBU". Dengan pertimbangan, banyak anggota pramuka (anak didik saya) yang kurang atau bahkan tidak menghormati orang tuanya khususnya ibu dalam kehidupan sehari-hari (menurut observasi saya sama anak-anak di sekitar Posko).

Akhirnya sepakatlah kami mengangkat tema itu. Tinggal mau ngatur bagaimana rangkaian acaranya entar.
Setelah diskusi kurang lebih sejam, maka rangkaian acaranya pun sudah tersusun berikut tugas masing-masing kakak pembina.

Peserta perkemahan tidak tahu kalau malam ini akan ada renungan. Informasi yang kami sebar, bahwa sebentar hanya akan ada kegiatan malam gembira. Semuanya pun bersorak dan kembali ke tenda masing-masing untuk mempersiapkan aksi yang akan mereka tampilkan sebentar.

Sekitar pukul 21:00 waktu setempat. Peluit panjang ditiup.... Ppppprrrriiiiiiittttt....PPrrrrriiiittttt....pprriiitttttttt (kurang lebih kayak gitu, he3x). Mereka semua bergegas lari keluar tenda berbaris dan berlari ke arah sumber suara peluit itu. Banyak yang berlari keliling lapangan mencari sumber suara, bingung! Kok kita tidak kumpul dilapangan?

Sampai akhirnya ada satu regu yang menemukan sumber suara peluit. Jauh disana di belakang lokasi perkemahan. Serentak regu-regu yang lain mengikutinya sampai akhirnya semua regu berkumpul di tempat itu.

"Kak, knapa kita kumpul di sini? Bukannya malam gembira?" tanya salah seorang.
Saya Diam, hanya memperlihatkan muka jutek. (Hehehe saya pensaran muka jutek saya kayak apa yah?)

Semua berkumpul, lampu di padamkan, hanya cahaya dari beberapa obor yang menyinari lokasi perkemahan. Beberapa kakak pembina mulai menempati posisi masing-masing, mengatur bangku untuk jadi rintangan, semua siap dengan kayu ditangan. (HAHAHAHA... Pembantaian segera akan di mulai)

Adik-adik tampak kaget. Kecemasan mulai nampak menghiasi wajah mereka.... Mungkin banyak yang bertanya "akan diapakankah kami ini?" 

"Yah semua ketua regu siapkan barisannya!"
Tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras. BRUUAAAKKKK....
Jujur saya juga kaget bukan main, ternyata Kak Akmal sudah mulai beraksi menakut-nakuti. dia memukul meja yang diatasnya ada tumpukan piring. Asli saya kaget bukan kepalang, terlebih lagi mereka adik-adik peserta perkemahan.

Oke Kak Akmal sudah beraksi, akhirnya kami semua melakukan aksi yang sama. MARAH BESAR. Menggertak sana-sini. Mencaci-maki sepuasnya. (Tapi bukan asal-asalan yah, kami marah dengan sikap mereka selama perkemahan, hehehe)


"DASAR KALIAN DATANG KE PERKEMAHAN BUKANNYA BAWA ALAT TULIS, MALAH BAWA MAKE-UP KALIAN PIKIR KITA MAU GAYA-GAYAAN DISINI? MAU TEBAR PESONA? DASAR!!!"

"KALIAN DIKASI HATI MINTA JANTUNG....DI KASI JANTUNG MAU APA LAGI .... HAAAAA???"

"KALIAN INI TIDAK MENGHARGAI KAMI, KAMI SUDAH CAPEK-CAPEK KALIAN MALAH MAIN SEENAKNYA?"

"DASAR SUDAH BODOH, SOMBONG LAGI"     

Itu sedikit bentakan-bentakan yang kami berikan, aslinya banyak tapi klo di tulis semua bisa sampai beberapa episode neh...  

Dari semua kakak-kakak pembina, memang kami berenam (Kak Akmal, Kak Marwah, Kak Tamsil, Kak Seny, Kak Erni dan saya) yang kebagian jatah membentak, memukul dan lainnya yang kasar-kasar. Alasannya, karena kami dekat dengan siswa...bagaikan malaikat buat mereka...hehehhehe

Mendengar bentakan-bentakan itu, otomatis mereka pada nangis. Kebanyakan cewek seh yang nagis. Mungkin karena mendengar bentakan yang tidak biasa dari orang-orang luar biasa seperti kami....(hahaha maunya)

Tidak sampai di situ, kamu mulai menyuruh mereka merayap satu persatu. Jarak yang di tempuh lumayan jauh. Dari luar lokasi perkemahan merayap ketengah lapangan. Kasihan juga seh, tapi yah...harus profesional. Saya injak pantat mereka yang merayap sambil nungging, hingga mereka betul-betul merayap dengan posisi sempurna (Sadis). Tapi klo adik-adik cewek paling saya pukul pake kayu.
Proses merayap berjalan sekitar dua jam lebih, karena harus melintasi juga beberapa rintangan.

Setelah semuanya berkumpul ditengah lapangan, kami suruh untuk bersujud, mencium bumi! Tidak boleh menengok, dan harus melepas jaket.
Tidak tahan juga mendengar isak tangis beberapa dari mereka. Tapi show harus berlanjut, belum masuk kegiatan inti...
Di situ kami memeriksa siapa yang tidak memakai sepatu. Dapat ganjaran, pantatnya dapat kayu. Mmm... Yang bajunya tidak rapi, pinggangnya dapat cubitan mesra ala kami. 
Setelah kurang lebih 30 menit kami kembali menyruhnya untuk berjalan jongkok, mengelilingi lapangan lokasi perkemahan.
Tentunya masih di pandu sama kakak-kakak pembina. Jangan sampai mereka nyundul batu. Hehehe
Tidak membutuhkan waktu yang lama, sampai akhirnya semua kembali berkumpul di tengah lapangan. Membentuk barisan sambil bersujud, mencium bumi sebagai tanda cinta tanah air. 
Sambil menunggu kakak yang bertugas memberikan renungan. Kami mengecek kalau saja ada siswa yang agak lemah tidak bisa melanjutkan kegiatan. Saya cek satu-satu. Syukur semuanya merasa masih sanggup melanjutkan. Tapi... tiba-tiba ada yang muntah! Kami bujuk untuk berhenti, istrahat saja. Dia malah menolak, katanya masih sanggup. Karena sudah di bujuk oleh beberapa orang dan tetap saja mau ikut, ya sudah kami biarkan saja.    
Setelah semua di cek dan kakak yang memberikan renungan sudah siap. kegiatan inti pun dilakukan, Renungan Suci. Yang membawakan Kak Mace dan Kak Felikx, kebetulan siswa kami semuanya katolik sama dengan mereka.
Kak Mace pun memulai aksinya membacakan kisah tentang Ibu, bagaimana perjuangan seorang Ibu, mulai mengandung kita hingga membesarkan kita. Tapi apa yang telah kita lakukan ke pada Ibu, hanya menyakitinya. bayangkan jika kita pulang sekolah, tiba-tiba di depan rumah ada banyak orang. Ternyata Ibu kita berada dalam keadaan kaku tak bernyawa lagi. 

Itu sedikit isi narasi yang disampaikan Kak Mace di iringi alunan musik dari Kak Felikx. Saya juga sempat kebawa suasana, sedihhh....
Banyak adik-adik yang sontak menjerit, ada yang menangis tersedu-sedu, ada yang berteriak...(Agak horor juga seh suasana waktu itu).
Kak Mace terus membaca narasinya, diiringi teriakan dan tangisan adik-adik. Huihhhh...merinding saya waktu itu. Apalagi hampir semuanya menangis, mau cewek,cowok,besar,kecil semuanya sedih...(menurut apa yang saya lihat).
Awalnya seh aman-aman saja. Teriakan, tangisan mereka masih wajar sampai renungan itu selesai.
Kami beri aba-aba untuk bangun dari sujudnya, duduk melentangkan kaki kedepan biar agak santai. Renungan berakhir. Dan benar saja, mata mereka semuanya merah, beberapa malah ada yang sambil mengisap ingusnya... lampu kembali dinyalakan. Dan mencoba merilekskan pikiran mereka.
Tiba-tiba, salah seorang peserta perempuan berteriak keras memanggil Ibunya. Sontak saja semua mata tertuju ke padanya. OH MY GOD, YA ALLAH YA RAB, DIA KESURUPAN...
Mengeliat kesana-kemari,sambil berteriak-terik dan menangis. Beberapa anak laki-laki segera memegang kedua tangannya, ada juga yang memegang kakinya. Saya berlari kedalam kantor mengambil matras. Siswa itu kemudian di baringkan disitu dan mulai di olesi balsem.
Dan lagi seorang siswa berteriak di belakang. KESURUPAN JUGA... Di susul oleh seorang lagi yang tidak jauh darinya. Tiga orang sudah. Adik-adik yang lain mulai panik. Kak Mace mulai menengkan mereka sambil membimbing untuk berdoa bersama. Sampai akhirnya kembali satu orang lagi harus kesurupan.
Untuk masalah kesurupan, saya angkat tangan. Ngak tau mesti ngapain. Sesekali saya hanya membantu memegang kaki mereka yang terus menggeliat. Kak Michel (guru setempat) menyuruh beberapa siswa untuk kekampung terdekat meminta bantuan.
Saya blank, ngak tau mesi ngapain. Hanya Kak Tamsil yang terlihat mencoba mengobati salah seorang yang kesurupan.
Saya masuk ke kantor mencari minyak angin, balsem dan sejenisnya. Beegitu keluar.... ternyata peserta kesurupan bertambah lagi.... AMPUN....
Total yang kesurupan waktu itu ada enam orang. Dan setelah di cek ternyata orang tua mereka memang sudah tidak lengkap. Ada yang ayahnya sudah meninggal, ada juga yang ibunya yang telah meninggal. Pantas saja.
Mereka semua kembali sadar setelah di obati oleh OM ANUS, semacam orang pintar (dukun) dari kampung.
Sangat menegangkan. Karena lokasi perkemahan kami di sekolah, jauh dari jalan raya, jauh dari kampung.
Ampunnn...
Tetap Untuk masalah kesurupan saya angkat tangan.....
itulah sedikit dari sederet kisah kami....              


Posted by Picasa
Share:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Recent Posts

Halaman