Mudik ala Guru 3T

Mudik adalah hal yang paling di tunggu-tunggu bagi siapa saja yang jauh dari kampung halaman. Berkumpul dengan keluarga, berbagi cerita, saling bercengkrama satu sama lain merupakan hal yang paling dirindukan.
Saya pun pernah mengalami peristiwa yang namanya “mudik” ini. Sungguh berkesan, ini adalah kali pertama saya mudik. Kebetulan saya mengabdikan diri mendidik di salah satu tempat terpencil di Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hampir Delapan bulan saya di tempatkan di sana, saya tidak pernah pulang kekampung halaman di Makassar. Karena medan dari tempat saya sungguh luar biasa berat. Untuk menuju ke kota kabupaten saja harus mikir dua hingga empat kali. Tapi berhubung Idul Fitri sudah di depan mata, rasa kangen dengan orang tua juga sudah tidak terbendung, akhirnya kuputuskanlah untuk mudik.

Mudik yang saya lakukan mungkin jauh berbeda dengan apa yang orang-orang lakukan, tidak ada kendaraan pribadi. Start dari kampung tempat tinggal saya di NTT, saya harus naik oto kol, semacam truk yang dimodifikasi menjadi mobil penumpang. Mobil penumpang sjenis angkot atau bus tidak berlaku di tempat ini, tidak akan di pakai.
Oto Kol, satu-satunya transportasi ke daerah penugasan, Tunus, NTT.
Perjalanan saya mulai pukul 03:00 dini hari. Ditengah gelapnya malam, saya menunggangi oto kol itu menyusuri tiap jalan yang berliku, berbatu, menanjak dan menurun. Kebanyakan penumpang lain kembali terlelap dalam perjalan itu. Saya, meskipun sudah 8 bulan di tempat itu, masih belum terbiasa. Bagaimana tidak, seluruh tubuh rasanya ditumbuk, mobil bergoyang seakan akan mengikuti alunan musik, padahal malam sunyi dan senyap.
Perjalanan dini hari, mengharuskan kita untuk memakai selimut dan jaket tebal.
Tips agar mudik dengan kondisi seperti itu, sebaiknya minum obat pencegah masuk angin sebelum berangkat. Gunakan jaket tebal dan syal, serta pakai sepatu atau paling tidak kaos kaki. Jangan makan terlalu kenyang sebelum naik mobil, ditakutkan akan muntah. Yang paling penting siapkan minyak angin atau balsem.
Setelah kurang lebih 7 jam, akhirnya saya sampai di kota kabupaten manggarai timur, Borong. Seluruh badan rasanya pegal. Seperti habis terjun dari puncak tertinggi di flores. Saya pun turun dan segera beralih ke bus. untuk melanjutkan perjalanan. kali ini menuju Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
Tips agar kondisi tetap fit, karena waktunya siang hari dan lagi sementara berpuasa. Tentunya untuk mengkomsumsi suplemen tidak bisa dilakukan. Nah, jika berpindah transportasi, pertama perhatikan barang bawaan. Periksa dengan teliti saat menurunkan dari kendaraan yang satu dan menaikkannya ke kendaraan yang lainnya. Selanjutnya, sebelum berangkat kembali, regangkanlah tubuh anda. jalan santai sedikit, dan jika ada bagian tubuh yang nyeri segera olesi dengan balsem. Jika perlu, buka jaket anda, agar lebih banyak udara yang mengenai tubuh.
Kira-kira sekitar pukul 11:30 siang, sayapun melanjutkan perjalanan dari Borong ke Labuan Bajo. Perjalanan kali ini fdapat saya nikmati dengan baik. Berbeda dengan perjalanan sebelumnya yang hanya bisa merasakan getaran dan menatap gelap. Dengan bus yang melaju kencang, menyusuri setiap inci jalan beraspal, saya disuguhi pemandangan yang luar biasa. Karya ke agungan Tuhan di bumi flores. Gunung menjulang menjadi pagar alam di bawah bentangan langit biru.
Akan tetapi, ada satu kendala. Jalannya berkelok-kelok bagai ular seribu kepal. Luarbiasa!!! Hampir sebagian besar penumpang muntah-muntah.
Tips dari saya yang kebetulan tidak muntah. Pikirkan hal-hal yang menyenangkan. Jauhkan pikiran anda dari rasa ingin muntah. Jika anda mudik bersama rekan, ajaklah berbicara itu akan mengurangi resiko muntah. Dan tutuplah hidung dengan sapu tangan, jangan lupa memakai minyak angin. Ocrey….?
Lama di perjalanan, tak terasa akhirnya saya sampai di Labuan bajo. hampir magrib waktu itu. Saya pun langsung mencari warung untuk makan. Di labuan bajo, bagi kita yang muslim, tidak perlu cemas. Ada banyak warung makan yang pemiliknya muslim, jadi di jamin halal.
Setelah berbuka dan shalat. Saya pun mencari alamat salah seorang kerabat tetangga di kampung. Rencananya ingin menginap di rumahnya. Perjalanan saya lanjutkan besok harinya dengan Kapal Laut Tilong Kabila menuju Makassar.
Singkat cerita, esok harinya di Pelabuhan. WOW…ini pertama kalinya saya nail Kapal Laut. Berdesak-desakan, itu kesan pertama yang ada di pikiranku. Tapi harus tetap berjuan Mudikkkkkkkkk.
Tips bagi pemula sama seperti saya. Jaga dompet, Hp dan barang berharga lainnya. Taruh di tas pinggang, agr tidak mudah di Jambret. Untuk mengangkut barang, kalau mau praktis gunakan jasa buruh kapal. Akan tetapi kalau barangnnya sedikit, yah…angkut sendiri aja…. hehehe. Tapi kalau bisa ransel di gendong di bagian depan biar mudah naik tangga kapal. Kalau digendong di belakang, takutnya di tarik oleh orang.
 
Suasana di pelabuhan..... Ramai
Diatas kapal, ternyata seru. ada banyak orang dari berbagai tempat menuju berbagai tempat pula. Pokoknya kesan pertama di atas kapal seruuuuuuuuuuuuu. Apalagi melihat laut lepas….damai ewwww!!!
Disamping tempat tidur saya ada bule. Yah dengan modal sedikit-sedikit , saya bisa bercakap juga dengan dia.
Selama kurang lebih 18 jam berlayar akhirnya kaki ini kembali berpijak di Maklassar, Kota Daeng. Impian untuk bersua didepan mata.
Share:

1 comment:

Popular Posts

Recent Posts

Halaman